Sabtu, 17 Oktober 2015


KLASIFIKASI, GEJALA DAN PENGENDALIAN HAMA 

 BAB I
PENDAHULUAN

       1.1       Latar Belakang
Hama tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Dalam batas tertentu populasi hama dapat menyebabkan penurunan hasil yang akhirnya dapat menimbulkan kerugian ekonomis bagi petani. Pengertian hama dapat didefinisikan sebagai binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Sedangkan yang tidak dikatakan sebagai hama, jika binatang tersebut tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomis. Dengan demikian tidak semua binatang dapat berstatus sebagai hama (Harjaka dkk, 2005). Hama menjadi masalah karena merusak tanaman dengan cara makan, berlindung, atau bersarang tergantung spesiesnya. Salah satu faktor yang menentukan pentingnya suatu hama adalah potensi atau kemampuan hama tersebut merusak tanaman. Salah satu cara merusak ialah dengan mengambil pakan baik dalam bentuk padat maupun cair menggunakan alat mulutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan hama ?
2.      Apa gejala yang ditimbulkan hama,klasifikasi hama dan deskripsi hama serta cara mengendalikan hama?
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang  hama,
2.      Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan hama,klasifikasi hama dan deskripsi hama serta cara mengendalikan hama.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hama
Hama adalah organisme perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagian tanaman lainnya sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati
2.2. Klasifikasi, Gejala, Pengendalian, Gambar atau Deskripsi Hama.
1         Ulat penggerek polong (Etiella zinckenella)
    Klasifikasi
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Pyralidae
Subfamily : Phycitinae
Genus : Etiella
Species : Etiella zinckenella
  Deskripsi 
Hama ini mempunyai panjang tubuhnya antara 8-11 mm, panjang sayapnya antara 19-27 mm,sayapnya lebih panjang daripada abdomen. Perkembangan telurnya antara 4-21 hari , larvanya antara 19-40 hari,sedangkan perkembangan pupanya antara 12-18 hari, umur imago lebih kurang 20 hari, rata-rata imagonya bertelur antara 100-600 butir telur dan perkembangannya tergantung pada suhu lingkungan. Ngengat hama ini berwarna keabu-abuan pada bagian tepi sayap ada pembatas berwarna kuning muda, rentangan sayapnya antara 24-27 mm. Telur berwarna putih mengilap dan berubah menjadi kemerah-merahan larvanya berwarna putih kekuningan. Kepala lebih besar dari pada badan dan berwarna coklat sampai hitam. Penyebaran hama ini dominan pada daerah tropis.

v  Gejala hama
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva ke dalam biji. Seringkali, pada lubang bekas gerekan terdapat butir-butir kotoran kering yang berwarna coklat muda dan terikat benang pintal atau sisa-sisa biji terbalut benang pintal.
v  Pengendalian
·         Mekanis atau fisik:
Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu 20 dan 40 hari setelah tanam dan pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
·         Biologis 
Dapat menggunakan Parasitoid telur, Trichogrammatoidea bactrae bactrae (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Parasitoid larva, Baeognatha spp.dan Phanerotoma sp. (Hymenoptera: Braconidae )
·         Kimiawi
Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.


2.      Kepik Hijau Nezara viridula (hama penghisap polong)
v  Klasifikasi
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula
v  Deskripsi
Panjang 16 mm, setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna hijau serta pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan, kuning kehijauan dengan tiga bintik berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan berkelompok (10-90 butir/kelompok) pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar ,tanaman inangnya yaitu tanaman kedelai, kacang hijau, kacang tunggak, orok-orok, kacang gede, jagung ,padi dan kapas.

v  Gejala
Gejala serangan hama kepik hijau menyerang polong dan biji menjadi mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur  sedangkan serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
v  Pengendalian
·         Mekanis atau fisik
Pengendalian hama perusak polong dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: Menanam varietas unggul seperti: varietas wilis, varietas Orba (1974),varietas Galunggung (1981), Varietas Guntur (1982), dan varietas Lokon (1982) dan penanaman seremtak dilakukan.
·         Biologis
Pengendalian dapat menggunakan Parasitoid telur: Ooencyrtus malayensis Ferriere (Hymenoptera: Encyrtidae), Trissolcus basalis.
·         Kimiawi
Pengendalian dapat menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.
3.      Hama kumbang-kumbangan (Epilachana Soyae)
v  Klasifikasi
Kingdom : animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Cocynelidae
Genus : Epilachna
Species : Epilachna soyae
v  Deskripsi
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun dan merusak bunga. Bentuk sayapnya keras dan ada yang lunak,tipe mulutnya menggiggit mengunyah siklus hidup telur kumbang ini diletakkan dibawah permukaan daun secara berkelompok, lamanya telur antara 4-5 hari, sedangkan larvanya kurang lebih antara 16 hari. Tanaman inangnya seperti tanaman kacang- kacangan contohnya tanaman kedelai.
v  Gejala
Pada hama kumbang ini serangannya yaitu memakan daun tetapi masih ada lapisan daun yang tertinggal seperti tulang daun hingga daun menjadi transparan.Menyerang tanaman berjaringan lunak dan lebih menyukai pada bagian ujung pucuk daun.
v  Pengendalian
·         Mekanis atau fisik
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara mengambil hama dan membunuhnya langsung.
·         Biologis
Dapat mengendalikan kumbang dengan menggunakan musuh alami seperti semut.
·         Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dengan insektisida




4.      Ulat Jengkal (Green Semilooper)
v  Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Plusia
Spesies : plusia chalcites
v  Deskripsi
Panjang ulat sekitar 2 cm, jika bejalan ulat melengkung seperti orang mengukur panjang dengan jengkal panjang tangan. Ulat yang masih muda berwarna bening. Sementara itu ulat dewasa berwarna hijau seperti daun tembakau dengan garis samping berwarna lebih muda. Badannya mengecil dari belakang ke kepala. Kepalanya dapat berukuran kecil. Hama ini memiliki ciri-ciri: berukuran 1.5-2.0mm menekan pencemaran warna hitam mengkilat Pengendalian secara kultur satu ekor betina dapat Berkembang biak cepat menghasilkan telur 100-300 butir selama perode dua minggu Bentuk telur lalat kacang adalah lonjong, panjang 0.28-0.36 lebar 0.12-0.20mm, berwarna putih. Jenis ulat jengkal ini sering menyerang kedelai, tomat, buncis, kacang- kacangan dan kentang. Warnanya hijau dan makannya serakah.

v  Gejala
Gejala kerusakan akibat serangan ulat jengkal adalah kerusakan daun dari arah pinggir. Serangan berat mengakibatkan kerusakan daun hingga hanya tersisa tulang-tulang daun. Serangan larva, instar muda,menyebabkan bercak- bercak putih karena yang tinggal hanya epidermis dan tulang daunnya. Sebagian larva yang lebih besar dapat menyebabkan daun terserang habis.
v  Pengendalian
·         Mekanis atau fisik
Pengendalian secara mekanis dengan sanitasi lahan dari gulma sebelum penanaman maupun setelah penanaman, atau bagian tanaman yang terkena hama tersebut dapat diambil secara langsung, dipijit dan dimatikan.
·         Biologis
Pengendalian secara biologis antara lain: penggunaan parasitoid Trichogrammatoidea, Pergiliran tanaman, Insektisidabactrae-bactrae yaitu penggunaan Nuclear (Spodotera lituraF) Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spo-dopteralitura(SlNPV).
·         Kimiawi
Pengendalian dapat menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.

5.      Wereng coklat  
v  Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum       : Arthropoda
Kelas        : Insecta
Ordo        : Hemiptera
Famili       : Delphacidae
Genus      : Nilaparvata
Spesies    : Nilaparvata lugens (wereng coklat)

v  Deskripsi
       Hama wereng batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi.

v  Gejala
Gejala yang terlihat pada tanaman berupa kelayuan dan menguningnya daun, mulai dari daun tua kemudian meluas dengan cepat ke seluruh bagian tanaman, sehingga akhirnya tanaman menjadi mati. Dalam keadaan populasi tinggi dapat mengakibatkan matinya tanaman dalam satu hamparan.. Gejala yang ditunjukkan yaitu tanaman padi menjadi kuning dan kering dengan cepat (berwarna kecoklatan seperti terbakar). Kondisi tersebut dikenal dengan istilah 'hopperburn'. Wereng coklat dapat merusak tanaman padi secara langsung yaitu dengan cara menghisap cairan sel tanaman, dan juga dapat menjadi vektor virus penyebab penyakit kerdil rumput (grassy stunt) tipe 1 dan 2 serta kerdil hampa (ragged stunt).

v  Pengendalian
·         Mekanis atau fisik
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menanam tanaman yang tahan hama. 
·         Biologis
 Capung kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.), Kumbang stacfilinea (Paederus fuscipes), laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata)
·         Kimiawi
Dapat menggunakan penggunaan pestisida berbahan alami, dalam hal ini tembakau (Nicotiana sp, L) rendah bahaya, ramah lingkungan, selain itu hemat biaya dibandingkan insektisida kimia pemberantas wereng.



6.      Hama Belalang (Locusta migratoria)
v  Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Philum         : Arthropoda
Class           :Insecta
Ordo            : Orthoptera
Family          : Acriididae
Genus          : Valanga
Spesies       : Valanga nigricornis (belalang  kayu)

v  Deskripsi
Belalang betina mampu menghasilkan telur sekitar 270 butir. Telur berwarna keputih-putihan dan berbentuk buah pisang, tersusun rapi sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah. Menurut BPOPT (2000), telur akan menetas setelah 17 hari. Imago betina yang berwarna coklat kekuningan siap meletakkan telur setelah 5-20 hari, tergantung temperatur. Seekor betina mampu menghasilkan 6-7 kantong telur dalam tanah dengan jumlah telur 40 butir per kantong. Imago betina hanya membutuhkan satu ka li kawin untuk meletakkan telur-telurnya dalam kantong-kantong tersebut. Imago jantan yang berwarna kuning mengkilap berkembang lebih cepat dibandingkan dengan betina. Lama hidup dewasa adalah 11 hari.Tanaman yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok Graminae yaitu padi, jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah, dan ber bagai jenis rumput. Selain itu, belalang juga menyukai daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, dan kubis daun.
v  Gejala
            Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang.
Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah.Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas.

v  Pengendalian
·         Mekanis
Telur belalang didalam tanah diambil, demikian juga nimfa yang ada diberikan kepada ayam.
·         Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan merawat kumbang endol yang lawanya sebagai parasite telur belalang.
·         Kimiawi
Pengendalian scara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan phosdrin, diazinon, basudin, dan insektisida lainnya.

7.      Walang sangit (Leptocorixa acuta)
v  Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Philum: Arthropoda
Class:Insecta
Ordo: Hemiptera
Family: Alydidae
Genus: Leptocorixa
Spesies: Leptocorixa acuta (walang sangit)

v  Deskripsi
Walang sangit (Leptocorisa oratorius) secara umum morfologi tersusun dari antenna, caput, toraks, abdomen, tungkai depan, tungkai belakang, sayap depan dan sayap belakang. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras, tebal dan tanpa vena. Sayap belakang bertipe membranus dan terlipat dibawah sayap dengan saat serangga istirahat. Tipe alat mulut yaitu penggigit-pengunyah dengan kemampuan mandibular berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionadae alat mulutnya terbentuk moncong yang terbentuk di depan kepala (Sudarmo, 2000).

v  Gejala
Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) dan juga menghisap butir-butir padi yang masih cair, sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), kulit biji akan berwarna kehitam-hitaman, dan perlahan-lahan melemah.

v  Pengendalian
·         Mekanis/fisik
Pengendalian secara mekanis/fisik dapat dilakukan :
Penanaman secara serentak, membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh disekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit, menangkap walang sangit pada pagi hari dengan jaring penangkap.
·         Biologis
Pengendalian Biologis dapat dilakukan dengan cara melepaskan predator alami seperti laba-laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
pengendalian kimia.
·         Kimiawi
Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan cara menggunakan insektisida.

8.      Ulat grayak( Spodopera litura)
v  Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Divisio             : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Noctuidae
Genus              : Spodoptera
Spesies            : Spodoptera litura
v  Deskripsi
Serangga dewasa dari jenis Leucania Separata memiliki ukuran panjang bentangan sayap depan antara 45 - 50 mm dengan warna bervariasi antara merah bata sampai coklat. Serangga ini berumur 3 - 7 hari dan untuk seekor serangga betina ini dapat bertelur sebanyak 80 - 230 butir. 
Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 - 25 mm, berumur 5 - 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi. Serangga ini memiliki telur dengan bentuk bulat. Telur dari serangga Leucania separata susunannya diletakkan dalam 2 barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah, dengan ukuran 0,5 x 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga Spodoptera F susunan telurnya diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2 - 3 lapisan telur, dan kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan dengan umur telur 3 - 4 hari. Larva Leucania separata memiliki jumlah instar 6 dengan ukuran instar 1 panjang 1,8 mm dan instar 6 panjang 30 - 35 mm berwarna hijau sampai merah jambu dan berumur 14 - 22 hari. Pada bagian punggungnya terdapat 4 garis berwarna hitam yang membujur sepanjang badan. 
v  Gejala
Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak kalau dibiarkan tanaman bias gundul atau tinggal tulang daun saja juga dapat memakan buah hingga berlubang hingga akibatnya cabe tidak laku dijual.
v  Pengendalian
·         Mekanis atau fisik
Mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya, menjaga kebersihan kebun dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman, dan memasang perangkap.


·         Biologis
Secara biologis yaitu dengan memanfaatkan musuh alami diantaranya:
Predator:Lycosa,pseudoannnulata,(Araceae),Paederusfuscipes (Coleoptera),Euburellia stali (Dermaptera),Eocantheocona furcellata (Hemiptera).
·         Kimiawi
Penyemprotan insektisisda yang mangkus dan sangkil seperti Hostathion 40EC 2 cc/lt atau Orthene 75 SP 1 gr/lt. dapat pula dengan menggunakan pestisida yang lain, misalnya Azodrin, Curracron 500 EC, Exalux 25 EC, dan lain-lain.

9.      Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
v  Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila melanogaster

v  Deskripsi
      Drosophila melanogaster mempunyai panjang tubuh sekitar 3 sampai 4 mm, tubuhnya berwarna kuning kecoklatan. Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur p erhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hariPada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
v  Gejala
Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur, buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlubang. Setelah telur menetas jadi larva(belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan mmbusuk larva akan keluar ketanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.
v  Pengendalian
·         Mekanis atau fisik
Melakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat, kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.
·         Biologis
Tanaman aromatik yakni tanaman yang mampu mengeluarkan aroma, bisa juga digunakan untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya jenis selasih/ kemangi(Ocimum), yaitu O.minimum, O.tenuiflorum, O.sanctum dan lainnya. Selain tanaman selasih ada juga tanaman lain, yaitu Melaleuca bracteata / kayu putih dan tanaman yang bersifat sinergis (meningkatkan efektifitas atraktan), seperti pala (Myristica fragans). Semua tanaman ini mengandung bahan aktif yang disukai oleh lalat buah, yaitu Methyl eugenol, dengan
kadar yang berbeda.
·         Kimiawi
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.
10.  Anjing tanah atau orong-orong
v  Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Philum: Arthropoda
Class:Insecta
Ordo:Orthoptera
Family: Gyllotalpidae
Genus: Gryllotalpha
Spesies: Gryllotalpha Africana
v  Deskripsi
Anjing tanah adalah serangga berukuran sedang, berwarna coklat terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang. Berbeda dengan serangga pada umumnya, orong-orong mengandalkan hidupnya pada sepasang "sekop pengeruk tanah" yang ia miliki. Yang disebut dengan "sekop" ini adalah bagian tubuh yang terbentuk dari sepasang kaki pertamanya. Bentuk kaki ini pipih dan besar, sementara pada ujungnya terdapat gigi gepeng yang runcing. Karena bentuknya itulah maka kaki tersebut disebut sebagai kaki penggali orong-orong atau anjing tanah merupakan hewan nokturnal yang beraktifitas di malam hari.
v  Gejala
     Stadia tanaman rentan terhadap serangan hama ini adalah fase pembibitan sampai anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Orong-orong merusak akar muda dengan cara memotong tanaman padi di pangkal batang yang berada di bawah tanah. Tanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.
v  Pengendalian
·         Mekanis atau fisik
Pengendalian hama orong-orong untuk budidaya ini dilakukan dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan sekam dicampur insektisida berbahan aktif metomil dan , memakai lampu untuk menangkapnya,
·         Biologis
Pemanfaatan musuh alami seperti predator Chlaenius, Labidura riparia, parasitoid Neothrombium gryllotalpae , dan pathogen serangga Beauveria bassiana, Paecilomyces sp.
·         Kimiawi
Dapat menggunakan racun serangga seperti Dipterex


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu kendala yang ditemukan dalam pembudidayaan tanaman adalah hama yang menyerang. Adapun hama dalam makalah ini adalah Ulat penggerek polong, Kepik hijau, Hama kumbang-kumbangan, Ulat Jengkal, Wereng coklat, Hama Belalang, Walang sangit, Ulat grayak, Lalat Buah, Anjing tanah atau orong-orong.  
 Gejala yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya aktivitas hama tertentu atau setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas atau serangan OPT.
      Beberapa gejala serangan hama pada tanaman yaitu:
1. Daun berlobang, disebabkan oleh hama belalang yang memiliki tipe alat mulut penggigit pengunyah. Gejala kerusakannya daun menjadi berlobang.
2. Bulir padi kepipis, disebabkan oleh hama walang sangit yang memiliki tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala kerusakannya bulir padi menjadi hampa/tidak berisi dan kempes.
3. Batang digerek, disebabkan oleh hama penggerek batang yang memiliki tipe alat mulut penggerek. Gejala kerusakannya terdapat lobang gerek pada permukaan batang dan bagian tengah batang akan terdapat warna hitam memanjang dll.
3.2 Saran
Saran untuk kita semua agar lebih memperhatikan jenis hama yang menyerang tanaman yang kita budidayakan agar, musuh alami tidak mati dan terutama pelajarilah terlebih dahulu bagaimana cara mengaplikasikan (penyemprotan) khusunya yang berbahan kimia, karena hal tersebut merupakan salah satu faktor yang terpenting.
           
DAFTAR PUSTAKA
        Dahelmi. 2008. Pengaruh Ekstrak Nimba (Azadirachta Indica A. Juss) terhadap Aktivitas Makan Belalang Valanga Nigricornis Burm.
         Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru, Jakarta
Pracaya. 1993. Hama dan penyakit tanaman. Panebar Swadaya. Jakarta. 417 p.

·         Sudarmo, S. 2000. Tembakau. Pengendalian Hama dan Penyakit. Yogyakarta. Kanisius.

·         Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. 1991. Budidaya dan Pengolahan Hasil Kedele. Jakarta: Departemen Pertanian.

·         Pitojo,Setio.2008.Seri Penangkaran: Benih Buncis.Yogyakarta: Kanisius
http://www.google.co.id/images?kutu+daun




Tidak ada komentar:

Posting Komentar